Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firmanKu, biarlah menceritakan firmanKu itu dengan benar! (Yeremia 23:28a)
Setiap kali para pemuda yang diutus John Wesley pulang dari berkhotbah, beliau pasti akan melontarkan dua pertanyaan: "Apakah ada yang bertobat?" dan "Apakah ada yang marah?" Jika jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah "tidak ada," maka Wesley akan mengingatkan mereka tentang arti pelayanan yang sesungguhnya. Ia menjelaskan bahwa ketika firman Allah diberitakan dengan benar, orang akan menunjukkan dua reaksi tersebut, yakni percaya atau menolak.
Rasul Paulus berkata kepada orang-orang percaya di Korintus, "Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!" (1Korintus 9:16). Banyak pengkhotbah zaman ini yang tidak memiliki keinginan membara untuk memberitakan kebenaran seperti Paulus. Tampaknya mereka lebih memilih untuk tidak menyatakan kebenaran bila hal itu akan menimbulkan pertentangan. Dalam upaya menyesuaikan diri dengan tata nilai dunia, mereka cenderung melakukan kompromi dan memutarbalikkan pernyataan Alkitab yang tegas untuk memerangi kejahatan dengan berani dan penuh kasih.
Allah memperingatkan orang-orang yang memutarbalikkan perkataanNya. Melalui Nabi Yeremia, Dia menyatakan perlawananNya terhadap para pemimpin agama yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta, menceritakan dan menyesatkan umatNya dengan dusta dan bual (Yeremia 23:32). Sebaliknya, Allah mendorong para nabi untuk menceritakan firmanNya dengan benar (Yeremia 23:28).
Pada masa sekarang ini, kita perlu berdoa lebih tekun lagi agar para hamba Allah memiliki keberanian untuk memegang teguh kebenaran firmanNya -- HGB
UNTUK MENYATAKAN KEBENARAN KITA HARUS MENGENAL DIA YANG ADALAH KEBENARAN ITU SENDIRI
*Take from Renungan Harian