Senin, 29 September 2025

KISAH DUA EKOR KAMBING

Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1Petrus 2:21)


Seorang mantan utusan Injil menceritakan kisah tentang dua ekor kambing gunung yang besar. Mereka berpapasan di sebuah jalan setapak yang sempit. Di satu sisi terdapat jurang sedalam 305 meter, sedangkan di sisi lainnya menjulang tegak dinding karang yang terjal. Tidak ada ruang untuk berbalik, dan kedua kambing itu tak dapat berjalan mundur tanpa terjatuh. Apa yang akan mereka lakukan?

Akhirnya, daripada bertarung untuk memperebutkan siapa yang berhak melintas, salah seekor kambing merebahkan tubuhnya serendah mungkin. Lalu kambing satunya berjalan melangkahinya sehingga mereka berdua dapat melintas dengan selamat.

Hal inilah yang Yesus Kristus perbuat bagi kita ketika Dia meninggalkan kemuliaan surga dan datang ke dunia ini untuk mati bagi dosa-dosa kita. Dia melihat kita terjepit di antara dosa dan kebenaran Allah tanpa ada jalan bagi kita untuk menolong diri sendiri. Dia datang, menjadi sama seperti manusia dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2:5-8). Kemudian, dengan penderitaannya bagi umat manusia yang penuh dosa, Dia membiarkan kita "berjalan melangkahi-Nya" agar kita dapat mengalami pengampunan dan menerima kehidupan kekal.

Petrus menunjuk Kristus sebagai teladan tentang kerendahan hati. Tatkala kita diperlakukan dengan buruk karena Yesus, kita harus belajar untuk menjadi rendah hati dengan membiarkan orang lain berjalan melangkahi kita bila hal tersebut diperlukan. Hal seperti ini bukan menandakan kelemahan, melainkan justru kekuatan dan kerendahan hati yang sejati. Hal itu bila dilakukan untuk Kristus, dapat membawa kemuliaan bagi nama-Nya --DCE


KRISTUS MENIADAKAN DIRI-NYA. PERIKSALAH DIRI KITA! -Ambrose

* Take from Renungan Harian 

Minggu, 28 September 2025

BERPENGHARAPAN SENANTIASA

Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku (1Raja 19:4)


Dalam legenda kuno dikisahkan tentang malaikat yang diutus Allah untuk memberitahu Setan bahwa segala metodenya untuk mengalahkan umat Kristen akan dimusnahkan. Setan memohon agar diizinkan mempertahankan satu metode. "Izinkan saya mempertahankan depresi," pintanya. Setelah berpikir bahwa itu hanya permintaan kecil, malaikat tersebut setuju. "Bagus!" seru si Setan. Ia tertawa dan berkata, "Seluruh metode saya telah terangkum dalam satu metode itu."

Dalam buku yang tak lagi dicetak mengenai depresi, penulis Roger Barrett menggambarkan depresi sebagai suatu "pengalaman buruk yang membuat Anda lelah, tidak peduli, dan sangat putus asa, tanpa pengharapan .. Anda merasa terkutuk, terjepit .. Sungguh menakutkan!"

Umat Allah telah bergumul sepanjang abad dengan perasaan yang melelahkan ini. Seruan Elia "Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku!" adalah seruan orang yang depresi (1Raja 19:4). Selain itu, Ayub dan Daud juga mengenal siksaan jiwa yang serupa, namun mereka bangkit dari keadaan itu dengan iman yang semakin teguh. Ini merupakan fakta yang sungguh menguatkan!

Depresi dapat disebabkan oleh hal-hal yang bersifat rohani, mental, ataupun fisik. Kita tidak boleh takut mencari bimbingan rohani dan bantuan kesehatan. Apa pun penyebab awalnya, Setan akan senang bila dapat mengalahkan kita dengan membelenggu kita dalam keadaan tak berpengharapan. Karena itu, kita perlu tahu bahwa hanya Allah yang dapat menolong-sebab Dia mengasihi kita dan rindu menyinarkan terang-Nya menembus awan yang melingkupi kita. Dialah Allah sang sumber pengharapan --DJD


TAK SEORANG PUN PUTUS HARAPAN BILA MENGENAL ALLAH
SANG SUMBER PENGHARAPAN

* Take from Renungan Harian