Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2:27)
Salah satu bagian penting dari perintah keempat adalah perintah Allah untuk bekerja (Keluaran 20:9) -- suatu hal yang seringkali luput dari perhatian. Kerja yang halal memuliakan Allah dan memiliki makna abadi (Efesus 6:5-8) bila dilakukan dalam keseimbangan dengan istirahat. Itulah dasar kebenaran dari perintah ini.
Kerja yang efektif dan memuliakan Allah tidaklah mungkin tanpa disertai istirahat yang cukup. Itulah sebabnya mengapa Allah menentukan suatu ritme kerja dan istirahat berdasarkan karyaNya selama tujuh hari masa penciptaan (Keluaran 31:17). Jika kita menyimpang dari pola ini, kita akan terjebak dalam masalah. Semasa Revolusi Perancis, dimana tujuh hari dalam seminggu diperpanjang menjadi 10 hari dalam seminggu, bukan hanya manusia, bahkan kuda-kuda pun menjadi sakit. Tanpa adanya kesempatan pembaruan di dalam, organ-organ tubuh akan menjadi rusak.
Namun ada makna rohani yang lebih dalam dari hari istirahat. Kita perlu menghindar dari sikap dan perlakuan yang kaku terhadap hari tersebut (Roma 14:5-6). Kita perlu menyisihkan waktu secara teratur untuk melakukan refleksi dalam hubungan pribadi kita dengan Allah. Istirahat tidak hanya diperuntukkan bagi pembaruan fisik, tetapi juga pembaruan rohani. Kita harus menggunakan waktu istirahat untuk merenungkan dan menghayati apa yang telah Kristus perbuat untuk kita di kayu salib sehingga kita dikuatkan melalui karyaNya yang sempurna (Ibrani 3:1-4:16).
Lepas dari hal itu, apakah sebenarnya kita juga perlu memperbarui cara pandang kita terhadap perintah Allah mengenai hari istirahat ini? -- DJD
HARI ISTIRAHAT MEMBERI ARTI UNTUK HARI-HARI LAINNYA
* Take from Renungan Harian