Senin, 23 Juni 2025

MENYENANGKAN ALLAH

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga (Matius 5:3)


Pada skala angka 1-10, angka berapa yang akan Anda berikan untuk nilai kehidupan rohani Anda? Ternyata, meskipun kita sangat ingin menyenangkan hati Tuhan, usaha kita sering kali tak berhasil, motivasi kita sering begitu egois, dan kesetiaan kita tak dapat dipertanggungjawabkan. Betapa pun kita telah berusaha, tak urung kita jatuh lagi.

Mungkin pemikiran-pemikiran berikut ini dapat membesarkan hati Anda. Pertama, renungkanlah betapa besar Allah perhatian kepada kita. Melalui pengurbanan Yesus di kayu salib, kita diampuni dan dibenarkan di hadapan Allah.

Kini, yang penting adalah bagaimana hubungan pribadi kita dengan Kristus. Meskipun kita merasa hidup cuma senilai angka "1," kita tetap dapat menyenangkan hati Tuhan bila sikap kita benar. Dia mengerti bahwa kita tak mungkin dapat melakukan kehendakNya dengan sempurna, tetapi Dia mengharapkan sikap yang benar. Yesus tidak pernah berkata: "Berbahagialah orang yang berhasil menggunakan kekuatannya sendiri dan tak pernah melakukan kesalahan," Melainkan Dia berkata, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah...yang berdukacita...yang lemah lembut...." Mungkin kita mengalami kekacauan dalam hidup dan harus menanggung banyak kepahitan sebagai akibat perbuatan kita yang keliru, tetapi kita tetap dapat menyenangkan hati Tuhan bila kita mau bertobat dan mengakui segala dosa-dosa kita dengan kerendahan hati.

Karena kita berada di dalam Kristus, kita selalu dapat mencapai angka "10" dengan sempurna. Hal ini seharusnya memotivasi kita pada saat kita berkecil hati karena pertumbuhan rohani kita yang lambat -- MRD II


PADA SKALA PENGUKURAN ALLAH KITA SEMUA BERNILAI 0 TANPA ALLAH YANG 1

* Take from Renungan Harian

Minggu, 22 Juni 2025

RENCANA DOA

Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis (Mazmur 55:18)


Saya mempunyai janji dengan dokter gigi untuk memeriksakan dan membersihkan gigi saya. Saya merasa yakin bahwa kondisi gigi dan gusi saya bagus karena saya membersihkannya setiap pagi dan menyikatnya dua atau tiga kali setiap hari. Saya telah memasukkan aktivitas tersebut dalam jadual saya sehari-hari.

Harus saya akui bahwa hal itu tidak saya lakukan setiap hari. Saya sadar bahwa saya harus memberi perhatian lebih terhadap kesehatan gigi saya dan saya memang bermaksud demikian. Tetapi saya jarang melakukannya karena saya tidak berencana untuk itu. Hasilnya: timbul penyakit gusi yang membuat saya harus menjalani operasi besar yang tidak mengenakkan. Saya tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi!

Banyak hal dalam hidup ini serupa dengan pengalaman di atas, termasuk hal berdoa. Orang-orang Kristen yang dewasa secara rohani tahu bahwa jika mereka tidak berencana untuk berdoa, maka hal itu tidak akan terlaksana. Daniel menyediakan waktu khusus untuk berdoa (Daniel 6:11). Dan, Daud mengikuti suatu jadual doa, seperti yang ditunjukkan dalam Mazmur 55:18.

Saya sadar bahwa mengikuti suatu rencana yang terprogram saja tidak menjamin terlaksananya doa secara efektif. Saya juga tahu bahwa hal itu dengan mudah dapat menjadi formalitas yang kaku. Meskipun demikian, kita harus memikirkan sebuah rencana doa, dan setia menjalankannya. Jika tidak, maka meski kita bermaksud untuk berdoa, akhirnya kita akan mendapati diri kita sangat jarang berdoa.

Kegagalan untuk membina kebiasaan rohani yang baik akan mengakibatkan kesehatan rohani yang buruk. Rencanakanlah untuk berdoa! --DCE

RENCANAKANLAH DOAMU, LALU DOAKANLAH RENCANAMU

* Take from Renungan Harian 

Sabtu, 21 Juni 2025

BUKAN SEBAGAI KORBAN

Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ ... berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" (Yohanes 5:6)


Cacat seumur hidup yang diderita David Gelernter bermula saat ia membuka sebuah paket yang meledak, kiriman seorang laki-laki yang tidak dikenal sebagai pembom. Namun David tidak mau memandang dirinya sebagai korban yang tak berdaya atau tenggelam dalam sikap mengasihani diri sendiri. Gelernter menulis, "Bila Anda mendorong seseorang untuk melihat dirinya sebagai korban dari sesuatu, seperti kejahatan, kemiskinan, kefanatikan, atau ketidakberuntungan, maka sesungguhnya Anda sedang membuatnya semakin menderita."

Kecenderungan untuk melihat diri sendiri sebagai korban dari ketidakadilan hidup sedang meluas akhir-akhir ini. Mudah bagi kita semua untuk merasa bahwa ketidakberuntungan telah menghilangkan kesempatan atau kemauan untuk mencapai cita-cita kita.

Saya sering merenungkan pertanyaan yang diajukan Yesus kepada seorang pria yang berbaring di tepi kolam Betesda: "Maukah engkau sembuh?" (Yohanes 5:6). Jawaban laki-laki tersebut di sambut dengan perintah Kristus: "Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah" (ayat 8).

Karena kita hidup di dunia yang telah rusak oleh dosa, maka kita akan mengalami ketidakadilan. Mungkin ada banyak hal yang tak dapat kita ubah. Berbagai rintangan tidak teratasi hanya oleh tindakan iman kita. Jadi, apa yang Tuhan ingin kita lakukan terhadap keadaan-keadaan yang mungkin dapat melumpuhkan kita? Dengarkanlah pertanyaan yang dilontarkan-Nya kepada laki-laki di kolam tadi, "Maukah engkau sembuh?" Lalu berharaplah pada kekuatan-Nya dan lakukan sesuatu pada hal-hal yang dapat Anda ubah --DCM


KITA TIDAK PERLU MENJADI KORBAN KARENA KRISTUS ADALAH PEMENANG

* Take from Renungan Harian 

Jumat, 20 Juni 2025

AKIBAT KELALAIAN

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan .... Tempuhlah jalan yang rata (Amsal 4:23,26)


Saya membaca kisah tentang seseorang dari Detroit yang tidak dapat menemukan rumahnya. Ia tiba pada alamat yang tepat, tetapi yang ia temui hanyalah tempat kosong. Dengan penuh kebingungan, ia meminta bantuan dari Detroit Free Press untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Seorang wartawan surat kabar menemukan bahwa selain rumah itu sudah tidak ada, akta tanah tersebut juga telah menjadi milik orang lain.

Apa yang terjadi? Memang, pemilik rumah itu telah meninggalkan kota sejak beberapa tahun silam, tanpa meninggalkan alamat baru. Tambahan pula, ia lalai menugaskan seseorang untuk menjaga rumah itu supaya dirawat dengan baik. Akhirnya rumah itu dirobohkan karena peraturan kota telah mengundangkan tentang pembersihan bangunan yang mengganggu keindahan di lingkungan perumahan itu.

Kelalaian pemilik rumah itu menggambarkan kebenaran dari Amsal 24:30-34. Kelalaian dapat menyebabkan kita mengalami kehilangan. Prinsip ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari kita dengan Allah. Jika kita mengabaikan waktu doa dan persekutuan pribadi dengan Tuhan, hubungan kita dengan-Nya akan memburuk sehingga kita tidak lagi menerima berkat-Nya. Tentunya kita tak ingin hal seperti itu terjadi, tetapi ini mungkin saja terjadi bila kita tenggelam dalam hal-hal lain yang mengganggu hubungan kita dengan Kristus.

Kita perlu menetapkan prioritas untuk menghormati Allah. Dengan demikian, kita akan mampu menghindari kehilangan yang terjadi karena kelalaian --Mart De Haan II


JIKA ANDA MELALAIKAN TUGAS HARI INI ANDA AKAN MENAMBAH BEBAN ESOK HARI

* Take from Renungan Harian 

Kamis, 19 Juni 2025

HAL SEPELE

Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7)


Usaha penebangan pohon itu berjalan tanpa hambatan sampai salah seorang pekerja menjatuhkan mata kapak pinjamannya ke sungai (2 Raja-raja 6:4,5).

"Ke mana jatuhnya?" tanya Nabi Elisa (ayat 6). Ketika pekerja itu menunjukkan tempatnya, Elisa melemparkan sepotong kayu ke sana dan "timbullah mata kapak itu dibuatnya" (ayat 6). "Ambillah," katanya. Orang itu pun "mengulurkan tangannya dan mengambilnya" (ayat 7).

Mukjizat ini melukiskan secara sederhana sebuah kebenaran yang dalam, yakni bahwa Allah mempedulikan hal-hal sepele dalam hidup kita: hilangnya mata kapak, koin, kunci, dokumen, atau lensa kontak. Semua itu adalah hal-hal kecil yang dapat membuat kita resah dan cemas. Dia memang tidak selalu mengembalikan barang yang hilang (semua akan terjadi menurut pertimbangan-Nya), tetapi yang pasti Dia memahami kehilangan yang kita alami dan menghibur kita saat berduka.

Saya sering ikut merasa sedih ketika cucu-cucu saya kehilangan barang yang sepele. Barang yang rusak atau hilang itu memang tidak berarti bagi saya, tapi bagi mereka barang-barang itu sangat berharga. Hal itu menjadi berarti bagi saya karena barang yang hilang itu berharga bagi mereka, dan mereka berharga bagi saya.

Demikian pula Bapa kita di surga. Berbagai kekhawatiran kecil kita sangat berarti bagi-Nya karena kita sangat berarti bagi-Nya. Kita dapat menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya karena Dia mempedulikan kita (1 Petrus 5:7) -DHR


ALLAH MEMPEDULIKAN KEKHAWATIRAN KITA KARENA DIA MEMPEDULIKAN KITA

* Take from Renungan Harian 

Rabu, 18 Juni 2025

MATEMATIKA TINGKAT TINGGI

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan (Yakobus 1:2-3)


Rumus matematika hanya dapat berlaku dengan baik untuk angka-angka, tetapi tidak untuk manusia. Itulah sebabnya mengapa rumus persamaan dalam Yakobus 1:1-18 tampak tidak logis:

Iman + Pencobaan = Ketekunan

Bahkan mungkin usaha mencampur minyak dengan air lebih membawa hasil dibanding rumus tersebut. Namun, yang membuat rumus ini berhasil adalah keyakinan akan kasih Allah yang tak berkesudahan yang mengizinkan segala emosi kita meluap ketika mengalami pencobaan.

Shirley dan suaminya Roy, membuktikan bahwa rumus ini masih relevan dengan kebutuhan zaman ini. Inilah peristiwa yang mereka alami. Roy telah diberitahu bahwa dalam waktu 6 bulan, pabrik tempat ia bekerja akan ditutup dan ia akan mendapat pesangon.

Shirley menulis, "Terpujilah Tuhan yang mengizinkan peristiwa ini terjadi. Terpujilah Dia yang begitu mengasihi kami sehingga mengizinkan berbagai pencobaan hadir dalam hidup kami. (Kejadian ini merupakan yang keempat kalinya selama tigabelas tahun pernikahan kami.) Mula-mula saya panik dan meragukan kasih Allah. Namun, saya tetap membaca Alkitab, berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai berdoa untuk orang lain. Karena Allah masih memberikan rumah tempat kami berteduh (dan sekalipun harus kehilangan rumah ini), saya akan tetap memuji Dia."

Karena itu, bila Anda menghadapi berbagai pencobaan, Anda dapat menganggapnya "sebagai suatu kebahagiaan" jika Anda tetap beriman dan mengetahui bahwa kasih Allah tak pernah berkesudahan. Selama Anda melakukan hal ini, Anda akan memiliki dan mengembangkan sikap untuk tetap sabar, berharap penuh dan percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi Anda -- DJD


PELAJARAN PERTAMA TENTANG KETEKUNAN ADALAH BELAJAR MENGANGGAP PENCOBAAN SEBAGAI SUATU KEBAHAGIAAN


Selasa, 17 Juni 2025

MENCERITAKAN KEBENARAN

Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firmanKu, biarlah menceritakan firmanKu itu dengan benar! (Yeremia 23:28a)




Setiap kali para pemuda yang diutus John Wesley pulang dari berkhotbah, beliau pasti akan melontarkan dua pertanyaan: "Apakah ada yang bertobat?" dan "Apakah ada yang marah?" Jika jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah "tidak ada," maka Wesley akan mengingatkan mereka tentang arti pelayanan yang sesungguhnya. Ia menjelaskan bahwa ketika firman Allah diberitakan dengan benar, orang akan menunjukkan dua reaksi tersebut, yakni percaya atau menolak.

Rasul Paulus berkata kepada orang-orang percaya di Korintus, "Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!" (1Korintus 9:16). Banyak pengkhotbah zaman ini yang tidak memiliki keinginan membara untuk memberitakan kebenaran seperti Paulus. Tampaknya mereka lebih memilih untuk tidak menyatakan kebenaran bila hal itu akan menimbulkan pertentangan. Dalam upaya menyesuaikan diri dengan tata nilai dunia, mereka cenderung melakukan kompromi dan memutarbalikkan pernyataan Alkitab yang tegas untuk memerangi kejahatan dengan berani dan penuh kasih.

Allah memperingatkan orang-orang yang memutarbalikkan perkataanNya. Melalui Nabi Yeremia, Dia menyatakan perlawananNya terhadap para pemimpin agama yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta, menceritakan dan menyesatkan umatNya dengan dusta dan bual (Yeremia 23:32). Sebaliknya, Allah mendorong para nabi untuk menceritakan firmanNya dengan benar (Yeremia 23:28).

Pada masa sekarang ini, kita perlu berdoa lebih tekun lagi agar para hamba Allah memiliki keberanian untuk memegang teguh kebenaran firmanNya -- HGB


UNTUK MENYATAKAN KEBENARAN KITA HARUS MENGENAL DIA YANG ADALAH KEBENARAN ITU SENDIRI

*Take from Renungan Harian

Senin, 16 Juni 2025

KEADILAN ALLAH

Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik (Mazmur 58:11)


Pengadilan negara bagian Illinois menjatuhkan hukuman mati bagi John Wayne Gacy atas tindakan penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap 33 orang pemuda. Gacy adalah manusia iblis, bengis dan kejam. Saya akui bahwa saya senang mendengar vonis tersebut karena itu berarti ia tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat.

Namun banyak pertanyaan muncul di benak saya. Bagaimana seharusnya sikap orang percaya ketika melihat orang jahat mendapat hukuman? Haruskah kita bersukacita melihat orang jahat mengalami penderitaan atas kejahatan yang dilakukannya?

Kita akan menemukan jawabannya dalam Mazmur 58:1-11, di mana Daud berdoa agar Allah menjatuhkan keadilan pada orang-orang fasik yang memusuhinya. Ia memohon, "Ya Allah, hancurkanlah gigi mereka dalam mulutnya" (Mazmur 58:7). "Biarlah mereka seperti siput yang menjadi lendir, seperti guguran perempuan yang tidak melihat matahari" (Mazmur 58:9). Ini merupakan doa yang sangat keras!

Namun kita harus melihat prinsip dari doa ini. Daud berdoa agar keadilan Allah dijatuhkan atas orang-orang jahat yang tidak pernah mau bertobat. Mereka seperti "ular tedung tuli" yang mengabaikan setiap usaha untuk membawa mereka berbalik dari kesalahan (Mazmur 58:4-6).

Allah adalah Allah yang adil. KekudusanNya ditegakkan ketika para penganiaya anak-anak, pembunuh, dan manipulator menerima ganjaran atas kejahatan mereka.

Marilah bersukacita karena Allah tidak pernah mentolerir kejahatan. Namun, bersukacitalah juga karena Allah itu murah hati. Melalui pengurbanan anakNya, kita mendapat pengampunan. Keadilan Allah tidak pernah mengecewakan -- DCE


PEMBALASAN ADALAH HAK ALLAH

*Take from Renungan Harian

Minggu, 15 Juni 2025

UTUSAN SURGA

Kami ini adalah utusan-utusan Kristus (2Korintus 5:20)


Teman sekelas saya di kelas empat memberi kesan yang mendalam pada diri saya. Cita-citanya adalah menjadi utusan atau duta besar negara bila ia sudah dewasa. Meskipun cita-cita mulia di masa kecil itu tak pernah tercapai, tetapi sebagai orang yang percaya akan Kristus, ia tetaplah seorang utusan di dunia yang sebenarnya bukan tempat asalnya.

Saya pun demikian. Juga semua orang Kristen.

Menurut Rasul Paulus, kewarganegaraan kita adalah di dalam surga (Filipi 3:20). Melalui Kristus, Allah telah menjadikan kita ciptaan baru dan mendamaikan kita dengan diri-Nya (2Korintus 5:17-18). Sementara itu, kita juga bekerja sebagai utusan-utusan Kristus (ayat 20) bagi dunia yang akan binasa di bawah kekuasaan penguasa yang jahat.

Namun apa maksudnya menjadi utusan Kristus? Artinya kita harus mendorong orang lain untuk didamaikan dengan Allah (ayat 18-20). Tugas kita adalah menuntun orang kepada sang Juruselamat sehingga mereka menjadi warga negara dari kerajaan kekal yang mengutus kita. Bersama dengan mereka kita mengharapkan kedatangan-Nya kembali untuk menjemput kita dan menantikan saat "pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya" (Wahyu 11:15).

Hingga saat itu tiba, kita harus menunaikan tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita dengan serius. Kita telah memiliki hak istimewa untuk memiliki kewarganegaraan di surga. Kita juga memiliki kewajiban yang sama istimewanya dengan menjadi utusan Kerajaan Surga [HVL]


KEWARGAAN KITA DI SURGA MENEGASKAN TUGAS-TUGAS KITA DI BUMI INI

* Take from Renungan Harian 

Sabtu, 14 Juni 2025

KRISTUS--SEGALANYA BAGI KITA

Kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita ... dan menguduskan dan menebus kita (1Korintus 1:30)


Thomas Shepard (1605-1649) dibesarkan dalam sebuah keluarga Puritan yang taat. Namun sejak belajar di Universitas Cambridge, ia jatuh dalam kehidupan dosa. Pada suatu Minggu pagi, tatkala tersadar dari kemabukannya, ia merasa begitu sedih dan rasa bersalah menderanya hingga ia sadar bahwa ia telah meninggalkan gaya hidupnya yang dulu.

Selama 9 bulan kemudian, rasa takut akan murka Allah hampir membuatnya "membenturkan kepala ke tembok ... dan bunuh diri." Namun suatu ketika ia mendengarkan sebuah khotbah yang terambil dari 1Korintus 1:30, yang menyadarkannya bahwa Kristus adalah segalanya yang ia butuhkan--karena Yesus telah menjalani kehidupan sempurna yang tak dapat ia jalani, menebus dosa-dosanya di atas kayu salib, bahkan sekarang menjadi Pembela baginya di surga.

Saat mengomentari Yohanes 1:12, "Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah," Shepard menulis, "Tuhan memberi saya hati untuk menerima Kristus dengan cuma-cuma, ... dan Tuhan pun memberi saya kedamaian."

Jika Anda menginginkan kedamaian seperti itu, yang hanya mampu diberikan oleh Allah, mintalah agar Anda diberi kesadaran yang mendalam akan dosa-dosa Anda. Kemudian renungkanlah anugerah dari Allah yang menjadikan Yesus segalanya bagi Anda. Akhirnya, perbarui komitmen yang sudah Anda buat kepada Tuhan, atau bila ini adalah kali pertama Anda mengenal-Nya, terimalah Yesus sebagai Juruselamat pribadi Anda --HVL

YESUS MATI MENGGANTIKAN KITA UNTUK MEMBERI KITA DAMAI-NYA

* Take from Renungan Harian 

Jumat, 13 Juni 2025

KERUGIAN BESAR KARENA DOSA

Takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; Itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu (Amsal 3:7-8)



Hanya karena satu tanda koma, perusahaan Lockheed menderita kerugian jutaan dollar! Mereka membuat kesalahan itu dalam kontrak dengan sebuah perusahaan internasional, yakni salah menempatkan koma pada angka yang penting. Dan, perusahaan itu mendesak Lockheed untuk menghormati isi kontrak sebagaimana yang tertulis. Sial bagi Lockheed, kesalahan itu menyangkut harga penjualan, sehingga mereka rugi sebesar 70 juta dollar.

Demikian juga dengan dosa. Dosa dapat membawa kerugian besar, walaupun pada mulanya kelihatan sangat kecil. Rupanya pelanggaran-pelanggaran yang tampaknya tidak berbahaya dapat mengakibatkan kerusakan yang hebat. Kelebihan berat badan beberapa kilogram saja dapat menyebabkan seorang pelari kehilangan waktunya yang berharga dalam pertandingan. Begitu pula "akar pahit" atau kebencian dalam hidup kita dapat menimbulkan kerugian rohani yang besar bagi diri sendiri, orang lain, dan hubungan kita dengan Allah (Ibrani 12:15).

Amsal 3 menunjukkan bahwa kita akan menerima hukuman Allah jika kita tidak menaati-Nya (ayat 11-12). Oleh karena itu, kita harus cukup bijaksana untuk takut akan TUHAN dan menjauhi kejahatan (ayat 7). Jika kita menanggapi Allah dan firman-Nya secara serius, kita akan membenci setiap dosa dalam hidup kita, baik yang tampaknya besar maupun kecil.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda akan membiarkan dosa menjerat Anda dan memperlambat langkah Anda sebagai umat Kristen? (Ibrani 12:2). Akuilah dosa itu sekarang juga, atau kelak Anda akan mengalami kerugian besar --DCE


CABUTLAH BENIH DOSA SELAGI MASIH KECIL

* Take from Renungan Harian

Kamis, 12 Juni 2025

DIAKTIFKAN LEWAT SUARA

Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri (Yakobus 1:22)

Beberapa ahli teknologi yakin keyboard komputer akan segera ketinggalan zaman seiring dengan semakin banyaknya fungsi yang diaktifkan lewat suara. Kita tak perlu lagi mengetik surat, karena dengan berbicara langsung komputer sudah dapat mencetaknya di atas kertas atau mengirimkannya sebagai e-mail. Pengaktifan lewat suara akan melingkupi kehidupan sehari-hari sehingga tanpa menekan tombol atau memutar nomor, kita bisa memberi instruksi lisan pada semua peralatan, dari televisi hingga pemanggang roti. Dengan mengucapkan kata perintah, hal itu akan segera dilaksanakan.

Alat yang difungsikan dengan pengaktifan suara diprogram untuk melaksanakan perintah yang diterima. Allah bisa saja membuat kita seperti itu, namun Dia memberi kita kebebasan untuk mau mendengarkan dan menaati-Nya, atau sebaliknya.

Yakobus mendesak kita untuk menaati Allah setiap kali Dia berbicara melalui firman-Nya. Ia menulis, “Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yakobus 1:22). Penipuan terhadap diri sendiri terjadi bila kita mendengarkan firman Allah namun tidak melakukannya. Dengan cepat kita melupakan apa yang Tuhan tunjukkan mengenai diri kita sehingga tetap tidak ada perubahan.

Sudah tentu kita ingin Allah mendengarkan dan menjawab segala seruan kita, namun yang lebih penting adalah mengoreksi diri, apakah kita benar-benar mendengarkan dan menanggapi firman-Nya. Sudahkah kita memberi perhatian kepada Allah hari ini? Atau, adakah kita lebih suka diaktifkan lewat suara--seperti benda mati--setiap kali Tuhan mengucapkan perintah-Nya? --DCM


SETIAP KALI ANDA MEMBUKA ALKITAB, MINTALAH AGAR SANG PENULIS MEMBUKA HATI ANDA

* Take from Renungan Harian 

Rabu, 11 Juni 2025

MUSUH KECIL

"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu (Amsal 24:33-34)


Pada akhir tahun 1960-an, saya menyaksikan sebuah serangan yang direncanakan dengan matang. Saya ingat bagaimana pesawat-pesawat beroperasi secara sistematis di langit Florida untuk menyapu bersih musuh. Namun dalam kasus ini musuhnya bukan manusia, melainkan semut api--makhluk kecil yang menimbulkan masalah besar. Pesawat-pesawat tersebut menyemprotkan pestisida untuk membasmi semut-semut yang menyerbu daerah Selatan.

Sebagaimana diperlukan usaha keras untuk membasmi semut api yang kecil itu, demikian pula kita harus secara serius mengusir apa yang tampak sebagai masalah kecil, yaitu kemalasan. Penulis kitab Amsal berbicara tentang akibat yang menyedihkan dari "tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" (Amsal 24:33).

Setiap orang yang cenderung bermalas-malasan harus tahu bahwa diperlukan usaha keras untuk mengatasi kemalasan. Jika kita tidak melawannya, kemiskinan (rohani dan jasmani) akan datang "seperti seorang penyerbu" (ayat 34).

Jadi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemalasan? Anda dapat memulainya dengan mengevaluasi bagaimana Anda menggunakan waktu. Jika ternyata Anda telah menyia-nyiakan waktu, maka Anda perlu mengembangkan sebuah strategi untuk menangani masalah tersebut. Atasilah masalah-masalah kecil itu sekarang. Lakukanlah dengan rajin sehingga masalah-masalah tersebut tidak berubah menjadi masalah besar. Anda akan melihat bahwa jauh betapa lebih baik bila Anda melakukan sesuatu daripada tidur-tiduran saja --MRDII

SEMAKIN SEDIKIT YANG KITA KERJAKAN HARI INI
SEMAKIN BANYAK YANG HARUS KITA KERJAKAN BESOK

* Take from Renungan Harian

Selasa, 10 Juni 2025

PEMANGKASAN

Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah (Yohanes 15:2)


Di tiap kebun anggur, seorang pengurus kebun anggur memangkas ranting-ranting pohon anggur agar menghasilkan lebih banyak buah. Dalam pengertian rohani, terkadang Bapa surgawi kita harus memperlakukan kita dengan cara yang sama, yaitu memangkas kehidupan kita. Tak hanya ranting-ranting mati yang harus dibuang, tetapi terkadang bahkan yang masih hidup dan penting pun harus dibuang agar dapat menghasilkan buah yang lebih baik dan lebat.

Berbagai macam keadaan dapat menjadi pisau pemangkas di tangan Tuan Pemilik Kebun Anggur. Pisau itu dapat berupa isyarat penolakan, perkataan tidak ramah, atau bahkan tanpa kata. Bisa jadi itu berupa rasa frustrasi karena terus-menerus hidup dalam kegaduhan dan kebingungan, menghadapi tugas sehari-hari, sehingga tidak punya kesempatan untuk menemukan tempat yang tenang untuk menyendiri. Atau mungkin saat menunggu campur tangan Allah ketika tampaknya tidak ada harapan sama sekali dan kita tidak punya teman yang bisa menolong.

Namun, pisau pemotong itu dikendalikan oleh sepasang tangan yang penuh kasih. Tuan Pemilik Kebun Anggur tahu apa yang bisa kita dapatkan dan Dia tahu bahwa kita akan menjadi lebih mengasihi, bersukacita, damai, penuh toleransi, baik hati, dapat dipercaya, lembut, percaya diri -- lebih kuat dan lebih baik daripada keadaan kita sekarang ini.

Kita tidak perlu menghindari pisau itu, tetapi memercayai tangan yang memegangnya. Bapa kita di surga mempunyai satu tujuan, yaitu untuk menghasilkan buah yang baik dalam diri kita --David Roper

MENGHASILKAN BUAH + PEMANGKASAN = LEBIH BANYAK BUAH

* Take from Renungan Harian 

Senin, 09 Juni 2025

TERLALU MUDAH

Kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran (Roma 4:5)


Saya membaca tentang adonan kue instan yang gagal dipasarkan. Padahal petunjuknya menyebutkan bahwa yang harus dilakukan hanyalah menambahkan air dan memanggangnya. Perusahaan itu tak habis mengerti mengapa produk itu tidak laku. Dari hasil penelitian, mereka mendapati bahwa konsumen merasa tidak yakin karena adonan itu hanya menggunakan air. Orang-orang menganggapnya terlalu mudah. Jadi, pihak perusahaan mengubah petunjuk membuat kue tersebut, yaitu dengan menambahkan sebutir telur ke dalam adonan sebagai tambahan air. Ide ini berhasil. Penjualan produk itu pun melonjak drastis.

Kisah itu mengingatkan saya tentang reaksi sebagian orang terhadap rancangan keselamatan. Bagi mereka, hal itu kedengarannya terlalu mudah dan sederhana untuk dipercaya, meski Alkitab mengatakan, "Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; ... [itu] pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu" (Efesus 2:8,9). Mereka merasa ada hal lain yang harus dilakukan, sesuatu yang harus ditambahkan pada "resep" keselamatan Allah. Mereka pikir mereka harus melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan kemurahan Allah dan hidup kekal. Namun, dengan jelas Alkitab menyatakan bahwa kita diselamatkan "bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya" (Titus 3:5).

Tak seperti pabrik adonan kue itu, Allah tidak mengganti "formula"- Nya untuk membuat keselamatan lebih laku di pasaran. Injil yang kita nyatakan harus bebas dari perbuatan, meski mungkin kedengarannya terlalu mudah --Richard De Haan


KITA SELAMAT KARENA RAHMAT ALLAH, BUKAN KEBAIKAN KITA
OLEH KEMATIAN KRISTUS, BUKAN PERBUATAN KITA


* Take from Renungan Harian

Minggu, 08 Juni 2025

PENOLONG YANG TAK TERLIHAT

Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani? (Ibrani 1:14)


Suatu saat, ketika karier Martin Luther tengah dihantam badai, ia menerima beberapa berita yang melemahkan semangat. Namun, ia menanggapinya dengan berkata, "Akhir-akhir ini saya sering memandang ke langit di waktu malam. Saya melihat bintang-bintang berkilauan yang bertebaran. Tak ada pilar yang menopang mereka. Namun, bintang-bintang itu tidak jatuh." Semangat Luther bangkit kembali saat ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa Allah yang menopang alam semesta juga pasti mempedulikan dirinya.

Saat menghadapi krisis fisik atau rohani, ada sumber pertolongan lain yang tak kelihatan bagi anak-anak Allah untuk memperoleh semangat, yakni malaikat! Para makhluk surgawi itu disebut "roh-roh yang melayani" (Ibrani 1:14), dan mereka cepat tanggap melakukan perintah Allah. Hanya mungkin selama ini sedikit yang kita ketahui tentang perlindungan dan pertolongan hebat yang mereka berikan. Saat Yesus sedang menderita di Getsemani, "seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya" (Lukas 22:43).

Namun Anda berkata, "Saya belum pernah melihat malaikat." Tidak perlu! Cukuplah kita tahu bahwa mereka melindungi kita secara diam-diam dan tidak terlihat. Mereka tidak minta perhatian bagi diri mereka sendiri, dan kita justru diminta untuk lebih memfokuskan diri kepada Yesus Kristus dan bukan kepada mereka. Yang jelas, kehadiran mereka nyata. Dengan mengetahui bahwa para penolong yang tak kelihatan ini berada di pihak kita, maka kita dapat semakin mempercayai Allah yang mereka layani dengan setia --Dennis De Haan


MALAIKAT ALLAH MENOLONG ORANG-ORANG PILIHAN ALLAH YANG SEDANG MELAKUKAN PEKERJAAN ALLAH

* Take from Renungan Harian 

Sabtu, 07 Juni 2025

DI BALIK SENYUMAN

Engkau telah memberikan sukacita kepadaku (Mazmur 4:8)



Menurut sebuah artikel di harian The New York Times, tersenyum dapat menimbulkan perasaan yang menyenangkan. Penulis Daniel Goleman menyebutkan hasil sebuah eksperimen para peneliti yang mendapati bahwa mengatakan cheese [dilafalkan: 'ciz'] dapat membuat orang tersenyum dan menimbulkan perasaan senang. Sebaliknya, mengucapkan kata few [dilafalkan: 'fyu'] dapat menimbulkan ekspresi wajah yang berbeda, dan menimbulkan emosi yang negatif.

Hasil penelitian itu memang menarik, tetapi saya kira ada cara lain yang lebih baik untuk mendapatkan kedamaian dan sukacita yang sejati. Caranya bekerja dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam.

Dalam Mazmur 4, Daud mengemukakan beberapa tindakan yang dilakukannya ketika dilanda kesedihan. Ia meminta kelegaan dan belas kasihan Allah (ayat 2). Ia terhibur ketika mengetahui bahwa Allah berkenan kepadanya dan mendengar seruannya (ayat 4). Daud tinggal diam di hadapan Allah (ayat 5). Ia hanya tekun melakukan apa yang benar dan menaruh kepercayaan kepada-Nya (ayat 6). Ia menikmati jaminan yang pasti akan kedamaian dan keamanan dari Allah (ayat 9). Daud percaya akan memiliki sukacita (ayat 8) sebagai karunia dari Allah, bukan dari senyuman yang dipaksakan, yang barangkali hanya akan memberi perasaan senang yang bersifat sementara.

Bapa, tolong kami agar di saat-saat sedih kami berpaling kepada-Mu. Beri kami kedamaian dan sukacita seperti yang dialami Daud ketika berseru kepada-Mu -MRDII


HATI YANG DIJAMAH ANUGERAH ALLAH AKAN MENAMPILKAN SUKACITA DI WAJAH

* Take from Renungan Harian 

Jumat, 06 Juni 2025

BERGANDENGAN DAN MELOMPAT!

Berdua lebih baik daripada seorang diri (Pengkhotbah 4:9)



Ketika Leo dan Amy membuka restoran yang dikemas mewah dengan 300 kursi, Leo mengaku "takut akan semua hal". Amy menggambarkan lompatan iman mereka dalam memulai bisnis ini seperti dua orang yang bergandengan sambil melompat dari atas gunung. Namun, apabila Anda hendak melakukan sesuatu yang menakutkan, "Anda pasti ingin melakukannya dengan seseorang yang Anda kenal dan percayai," lanjut Leo.

Chris dan Karie, pasangan lain yang mengambil risiko untuk memiliki dan mengelola restoran bersama, mengatakan bahwa mereka mempunyai "hubungan kerja yang baik, dan saling mengagumi pekerjaan masing-masing".

Salomo, orang paling bijak yang pernah hidup di dunia, tahu betapa pentingnya mempunyai teman-teman. Ia menulis, "Berdua lebih baik daripada seorang diri" (Pengkhotbah 4:9). Jika yang satu jatuh pada waktu yang sulit, yang lain menghibur dan mengangkatnya (ayat 10-12). Kita membutuhkan pasangan hidup dan teman-teman untuk menolong kita melewati waktu-waktu yang menakutkan dan memberi dukungan emosional. Orang-orang yang sendirian, akan mengalami hidup yang semakin keras (ayat 8). Namun, orang-orang yang menyadari kebutuhan mereka akan orang lain, memperoleh pertolongan dan penghiburan.

Jika Anda perlu melakukan lompatan iman -- yang melibatkan keuangan, perubahan karier, pelayanan yang baru -- ajaklah seseorang yang dapat dipercaya untuk menggandeng tangan Anda saat Anda "melompat". Atau berikanlah dorongan yang sama kepada seseorang yang dekat dengan Anda. Sebab berdua lebih baik daripada seorang diri --AMC


MEREKA YANG MEMERCAYAI ALLAH DAPAT MENOLONG ORANG LAIN UNTUK BERIMAN KEPADA-NYA JUGA

* Take from Renungan Harian 

Kamis, 05 Juni 2025

MAKAN DI DASBOR

Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku (Wahyu 3:20)



Istilah makan di dasbor muncul de-ngan maraknya praktik makan saat berkendara untuk menghemat waktu. Makanan yang populer di jalan adalah yoghurt dalam tabung tekan, sup dalam wadah panas-dan-isap, dan kue berukuran kecil yang muat pada tempat cangkir di mobil. Seorang analis produk konsumen di AS menyatakan bahwa keinginan masyarakat akan jenis makanan yang dapat segera dan mudah disantap ketika di jalan semakin meningkat. Di beberapa kebudayaan, makan dengan santai di meja makan menjadi hal yang langka.

Mental makan-dan-cepat pergi dapat menyerbu pikiran rohani kita. Apakah kita mengesampingkan persekutuan sehari-hari yang tak terburu-buru dengan Yesus? Apakah sewaktu membaca Alkitab dan berdoa, kita melakukannya dengan terburu-buru atau santai?

Kristus yang bangkit berkata pada jemaat Laodikia yang suamsuam kuku, Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku (Wahyu 3:20). Ketika kita membuka hati dengan pasrah kepada Allah, Dia menjanjikan makan besar, bukan sekadar kudapan. Tawaran-Nya untuk makan bersama kita mengandung janji bahwa kita akan menikmati makanan bergizi dan bercakap-cakap dengan santai, bukan sekadar sapaan halo dan selamat tinggal yang buru-buru.

Ketika budaya modern memuja efisiensi dan kecepatan, Allah mengundang kita untuk mengurangi kecepatan dan duduk menikmati pesta persekutuan rohani dengan-Nya DCM


WAKTU ADALAH SAHABAT SAAT ANDA MEMPERGUNAKANNYA UNTUK MEMPERERAT PERSAHABATAN DENGAN YESUS

* Take from Renungan Harian 

Rabu, 04 Juni 2025

RAYAKAN KEBEBASAN

Sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Roma 8:2)


Setelah diculik dan disandera selama 13 hari, lalu akhirnya dilepaskan, juru kamera berita dari Selandia Baru, Olaf Wiig, sambil tersenyum lebar berkata, "Kini saya merasa lebih hidup dibandingkan sepanjang hidup saya yang lalu."

Untuk beberapa alasan yang sulit dimengerti, dibebaskan ternyata lebih menggembirakan daripada hidup bebas.

Untuk mereka yang menikmati kebebasan setiap hari, sukacita Olaf merupakan peringatan yang baik tentang bagaimana kita begitu mudah melupakan betapa kita sangat diberkati. Hal ini juga berlaku dalam hidup rohani. Siapa pun di antara kita yang sudah lama menjadi orang kristiani sering lupa bagaimana rasanya menjadi hamba dosa. Kita dapat berpuas diri dan bahkan kurang bersyukur. Namun, Allah mengirimkan peringatan melalui seseorang yang baru bertobat. Ia dengan sukacita memberi kesaksian yang menggugah tentang apa yang sudah Allah lakukan di dalam hidupnya. Dan, kesaksian itu sekali lagi mengingatkan kita tentang sukacita yang kita rasakan saat kita dimerdekakan dari hukum dosa dan hukum maut (Roma 8:2).

Apabila kebebasan telah menjadi hal yang biasa bagi Anda, atau bila Anda cenderung memusatkan perhatian pada apa yang tidak dapat Anda lakukan, pikirkanlah hal ini: Anda bukan hanya tidak lagi menjadi hamba dosa, tetapi Anda juga dibebaskan agar menjadi kudus dan menikmati hidup kekal di dalam Kristus Yesus! (Roma 6:22).

Rayakanlah kebebasan Anda di dalam Kristus dengan menyediakan waktu untuk mengucapkan syukur kepada Allah atas hal-hal yang dapat dan bebas Anda lakukan sebagai pelayan-Nya --JAL


HIDUP BAGI KRISTUS AKAN MEMBERIKAN KEBEBASAN SEJATI 

* Take from Renungan Harian