Kamis, 26 Mei 2022

KASIH BERBICARA BANYAK

Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Filipi 2:4)


Doug Nichols, seorang utusan Injil, dirawat di sebuah rumah sakit penderita TBC di India pada tahun 1967. Semua pasien dan staf rumah sakit menganggap Nichols sebagai orang Amerika kaya yang hanya mempersempit rumah sakit mereka. Sikap permusuhan mulai muncul tatkala mereka menolak traktat yang ditawarkannya pada mereka.

Pada suatu pagi, pukul dua dinihari, seorang laki-laki India yang sakit parah berjuang bangkit dari tempat tidurnya untuk pergi ke WC. Namun, ia gagal karena kondisi tubuhnya terlalu lemah. Segera bau busuk yang berasal dari tempat tidurnya memenuhi ruangan itu. Pasien-pasien lain marah padanya. Para perawat memperlihatkan kemarahan karena harus membersihkan kotoran di ranjang itu. Salah seorang dari mereka menamparnya.

Malam berikutnya, orangtua ini mencoba bangkit lagi, tetapi ia kembali tergeletak. Ia mulai menangis. Doug sendiri, yang juga sangat lemah, berjalan menghampiri laki-laki tua itu, membopongnya ke kamar mandi dan mengembalikannya ke tempat tidur.

Suatu perubahan mulai tampak di rumah sakit tersebut. Seorang pasien memberikan secangkir teh hangat dan meminta sebuah traktat. Para perawat dan dokter meminta sejumlah buklet atau kitab Injil Yohanes. Bahkan beberapa di antara mereka menerima Kristus. Apa yang mengubah sikap mereka? Doug telah meneladani sang Juruselamat, yang rela "mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba...dan merendahkan diriNya" (Filipi 2:7-8).

Kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Kadangkala mengasihi merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Namun, itulah kasih yang sesungguhnya, yakni ketika kasih


KASIH TANPA PERBUATAN BUKANLAH KASIH

* Take from Renungan Harian