Kamis, 14 Agustus 2025

TANGAN-NYA, HATI-NYA

Kepada kasih setia-Mu aku percaya .... Aku mau menyanyi untuk Tuhan (Mazmur 13:6)


Kadangkala Allah tidak langsung mengabulkan doa permohonan kita. Bila itu terjadi, maka setelah beberapa waktu kita mulai merasa seperti sang pemazmur yang berkata, "Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus?" (Mazmur 13:2).

Saya pernah merasa seperti itu saat suatu kali saya datang kepada Allah, mengakui dosa saya, dan memohon pengampunan serta sukacita yang diperbarui. Waktu itu sepertinya telinga Allah tertutup terhadap ratapan saya. Namun setelah terus berdoa dan menunggu cukup lama, akhirnya saya mendapatkan kembali sukacita yang saya cari.

Dalam Yohanes 11 kita membaca bahwa Maria dan Marta memanggil Yesus untuk datang karena saudara laki-laki mereka, Lazarus, sedang sakit keras (ayat 1-44). Namun Allah menunda kedatangan-Nya sampai Lazarus meninggal. Akan tetapi saat Yesus datang kemudian, Dia memberi mereka pengertian yang baru tentang kasih dan kuasa-Nya.

Menurut Anda, mengapa Allah sering menunda jawaban-Nya atau menolak permohonan kita? Saya rasa jawabannya demikian: Tatkala Allah menahan tangan-Nya untuk menolong, Dia ingin kita melihat hati-Nya. Dengan kata lain, Dia ingin kita belajar lebih banyak tentang kebaikan dan kasih-Nya, dan lebih mempercayai-Nya untuk melakukan yang terbaik bagi kita.

Jika Dia belum menjawab sebuah permohonan yang sangat penting bagi Anda, bersabarlah. Tetaplah memohon dan percaya. Mungkin Dia ingin Anda melihat hati-Nya dan mendapatkan pengertian yang baru akan kebijaksanaan dan kasih-Nya --DCE


JIKA ALLAH MENAHAN TANGAN-NYA UNTUK MENOLONG PERCAYALAH AKAN MAKSUD HATI-NYA

* Take from Renungan Harian 

Rabu, 13 Agustus 2025

MENJAGA LIDAH

Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! (Mazmur 141:3)


Waktu itu Bernard Baruch adalah seorang pengusaha muda yang ambisius. Ia mengajak seorang konglomerat bernama J P. Morgan untuk bekerjasama dalam usaha pertambangan belerang di Texas. Para ahli geologi melaporkan bahwa proyek tersebut akan menguntungkan, meski dengan beberapa risiko. Morgan sangat tertarik, sampai tiba-tiba Baruch berkata, "Anda pasti pernah berjudi dengan taruhan yang lebih besar dari semua risiko ini."

Morgan menatapnya tajam, kemudian menjawab dengan nada dingin, "Saya tidak pernah berjudi." Kata berjudi itu telah menggagalkan perjanjian kerjasama tersebut. Morgan beranggapan bahwa menanam modal merupakan hal yang terhormat, sedangkan berjudi itu suatu dosa.

Jika satu kata, yang terucap spontan dapat menimbulkan kerugian miliaran rupiah, renungkanlah kerugian yang dapat ditimbulkan oleh kata-kata pedas. Kata-kata semacam itu dapat menghancurkan reputasi seseorang dan merusak hubungan yang paling dekat sekalipun.

Karena itu, tidaklah berlebihan bila Yakobus memperingatkan kita tentang kekuatan lidah. Ia mengatakan bahwa lebih mudah mengekang seekor kuda, mengendalikan sebuah kapal yang besar, dan menjinakkan segala jenis binatang seperti burung, binatang melata, dan binatang-binatang laut, daripada mengendalikan lidah (3:3-8). Ia menyebut lidah sebagai "api" yang dinyalakan oleh api neraka sendiri (ayat 6), dan "sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan" (ayat 8).

Alangkah bijaksana bila setiap hari kita berdoa, "Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku" (Mazmur 141:3)--HWR


BERBICARA TANPA BERPIKIR BAGAIKAN MENEMBAK TANPA SASARAN

* Take from Renungan Harian